Jumat, 12 Oktober 2012

Renungan: Surat Cinta Untuk Suamiku...





[imagetag]

Dear sayangku, suamiku. Aku menulis

"Jadilah angin, yang selalu menemani arah awan."

Terus terang saja, aku tak paham dengan kalimat itu, sayangku. Engkautahu, aku selalu lemah tanggap dengan kalimat yang sedikit "nyastra", tapiengkau selalu saja memberikan kalimat-kalimat seperti itu.

Menjalin kisah percintaan yang baru seumur jagung, dua bulan tepatnya,kabar gembira itu datang. Aku hamil, anak kita, sayangku. Aku masih ingatbetapa bahagianya engkau kala itu. menggendongku seraya berputar-putar dikamar. Ah, engkau bahagia dan tak sabar ingin dipanggil ayah rupanya. Begitupun aku. Aku juga tak sabar dipanggil dengan sebutan ibu, sayangku.

Sembilan bulan lebih dua hari, anak kita lahir sayangku. Engkau menangisdi sisiku, mengadzani bayi kita. Aku masih ingat, engkau menciumi bayi kitaberulang kali. Hingga aku sedikit kesal dan menggerutu. Kau tahu sayangku, akuterlalu khawatir dengan bayi kita. Maafkan aku.

Empat tahun berlalu, bayi kita kini telah menjadi gadis mungil yangcerdas. Banyak hal yang berhasil ia lakukan

Tetaplah bersamaku, sayangku, aku akan menemanimu dalam cobaan yangmenghambat pernikahan kita. Akan kugelar permadani untukmu ketika engkau inginmenceritakan kisah pahit dan sedihmu dalam pekerjaan. Ingatlah sayangku, kitaada maka sempurnalah diri kita.

Jangan pernah takut menghadapi masa depan, sayangku, karena aku adauntukmu. Begitu sebaliknya. Kita, bersama anak-anak akan selalu bisa menghadapicobaan yang ada. Kesabaran dan saling mendukung itu perlu, sayangku. Sekiansurat dariku. Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan keselamatan padamu selalu.

Dariku, wanita yang tak sempurna, istrimu.

Sumber

#bcfda5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar